Misi Ke Bulan Semakin Ramai Dengan Chandrayaan-3 Milik India Dan Luna-25 Milik Rusia
Misi ke Bulan semakin ramai di tahun 2023, banyak negara kembali tertarik untuk fokus ke Bulan. Setelah sebelumnya Mission-1 kerja sama antara perusahaan swasta iSpace (dari Jepang) dan Uni Emirat Arab, India juga meluncurkan percobaan kembali dengan Chandrayaan-3. Rusia juga akan mengirim misi Luna-25, kemudian jadwal selanjutnya perusahaan swasta Intuitive Machines dengan misi Nova-C IM-1, perusahaan swasta Astrobotic Technology dengan misi Peregrine Mission 1 dan Jepang dengan misi SLIM.
Percobaan Kembali India Dengan Misi Chandrayaan-3
Setelah sebelumnya gagal mendarat dengan sempurna di Bulan melalui misi Chandrayaan-2, India kembali mencoba dengan meluncurkan misi Chandrayaan-3. Diluncurkan pada tanggal 14 Juli 2023 dengan menggunakan roket LVM3-M4 dengan bantuan menggunakan stasiun Bumi milik badan luar angkasa Uni Eropa (ESA). Misi ini diperkirakan akan mendarat di kutub selatan Bulan pada tanggal 23 Agustus 2023.
Misi Chandrayaan-3 terdiri dari robot pendarat Vikram dan robot penjelajah Pragyan, hampir sama dengan misi Chandrayaan-2 tetapi bedanya di Chandrayaan-2 ada orbiter sedangkan Chandrayaan-3 tidak ada. Robot penjelajah Pragyan memiliki berat 26 kilogram dan mempunyai kemampuan jelajah 500 meter. Misi ini mempunyai tujuan untuk mempelajari komposisi permukaan Bulan, mencari air, mempelajari kawah-kawah di Bulan dan perubahan atmosfer Bulan.
Jika berhasil mendarat dengan sempurna, maka India bisa mengklaim sebagai negara keempat di dunia yang berhasil mempunyai robot penjelajah Bulan setelah Uni Soviet, Amerika Serikat dan China. India mempunyai ambisi untuk diakui sebagai negara adikuasa sehingga mereka berpikir kalau eksplorasi luar angkasa merupakan salah satu cara supaya bisa diakui dunia walaupun ekonomi rakyatnya masih banyak yang miskin. Sangat berbeda dengan negara-negara lain seperti Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, China dan Rusia yang rata-rata rakyatnya sudah cukup makmur baru melakukan misi-misi besar di luar angkasa.
Tentu hal ini ada pro dan kontra, rakyat India yang mendukung berpikir kalau India perlu ambisi besar supaya bisa dihormati negara-negara lain dan mengembangkan teknologi luar angkasa bisa membawa inovasi yang akan membantu mengurangi kemiskinan di India. Bagi rakyat India yang tidak mendukung akan berpikir kalau India harus mengentaskan kemiskinan di negaranya terlebih dahulu dan eksperimen luar angkasa bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan dekat dengan Bumi seperti eksperimen di orbit Bumi karena inovasi juga bisa lahir dari sana.
Diperkirakan biaya misi Chandrayaan-3 ialah US$ 90.000.000 atau sekitar 1,36 triliun Rupiah (kurs US$ 1 = Rp 15.100), lebih murah dibandingkan misi Chang’e 3 milik China dengan biaya US$ 172.000.000 (sekitar 2,13 triliun Rupiah) yang berhasil mendaratkan robot penjelajah Yutu di bulan Desember 2013. Tetapi jika dihitung dengan kegagalan Chandrayaan-2 maka akan menjadi lebih mahal karena misi Chandrayaan-2 memakan biaya US$ 141.000.000, sehingga total yang harus dikeluarkan India untuk mewujudkan ambisi ini jika berhasil mencapai US$ 231.000.000 (sekitar 3,48 triliun Rupiah). Jika misi ini gagal lagi, maka biaya untuk mewujudkan misi ke Bulan akan semakin bertambah.
Misi lain yang setara juga yaitu adanya robot pendarat dan robot penjelajah seperti misi Mission-1 oleh iSpace dan Uni Emirat Arab memakan biaya sekitar US$ 90.000.000. Sedangkan misi lainnya hanya robot pendarat saja oleh Intuitive Machines dengan misi Nova-C IM-1 memakan biaya sekitar US$ 77.500.000, misi Peregrine Mission 1 oleh Astrobotic Technology memakan biaya sekitar US$ 79.500.000 dan misi SLIM oleh Jepang memakan biaya sekitar US$ 127.528.434.
Ini bisa menjadi pelajaran buat Indonesia untuk memulai misi luar angkasa yang sebaiknya disesuaikan dengan kondisi ekonomi negara. Membangun misi ke luar angkasa dengan biaya yang tidak membebankan pembangunan infrastruktur untuk ekonomi rakyat Indonesia.
Rusia Kembali Ke Bulan Dengan Misi Luna-25
Sebelumnya misi Luna-25 dijadwalkan pada tanggal 13 Juli 2023, tetapi kemudian ditunda hingga 10 Agustus 2023. Misi Luna-25 hanya terdiri dari robot pendarat saja dan biaya yang harus dikeluarkan Rusia sekitar US$ 48.500.000.
Misi Luna-25 akan mendarat di area kutub selatan Bulan. Ini merupakan misi pertama Rusia ke Bulan sejak runtuhnya Uni Soviet yang ketika itu berhasil membawa balik sampel tanah dari Bulan melalui misi Luna-24 di tahun 1976.
Misi ini memiliki misi utama untuk uji coba teknologi pendaratan Bulan, mempelajari permukaan kutub selatan Bulan, mempelajari plasma dan komponen debu di eksosfer Bulan. Misi Luna-25 dilengkapi dengan lengan robot untuk ngebor dan menguji coba sampel permukaan Bulan.
Misi ke Bulan memang bisa menjadi tempat latihan terdekat jika suatu saat nanti ingin mengunjungi planet-planet lain di sistem tata surya karena Bulan memiliki jarak terdekat dengan Bumi. Sehingga mungkin biaya-biaya yang harus dikeluarkan sekarang akan sebanding dengan ganjaran yang akan didapat nantinya.